Galabo, atau Gladak Langen Bogan, telah lama dikenal sebagai salah satu lokasi utama bagi para pencinta kuliner malam di Solo. Terletak di jantung kota, Galabo menawarkan beragam makanan khas yang bisa dinikmati dalam suasana santai dan penuh kekeluargaan. Tempat ini menghadirkan berbagai pilihan menu tradisional, mulai dari tengkleng, sate kambing, hingga wedang ronde yang menggugah selera. Tidak hanya menyajikan hidangan lezat, Galabo juga menjadi destinasi populer bagi wisatawan yang ingin merasakan nuansa lokal dengan sentuhan budaya Kota Solo.
Malam hari adalah waktu terbaik untuk mengunjungi Galabo karena suasananya semakin hidup dengan lampu-lampu kota yang berkilauan dan alunan musik yang kadang menghiasi area tersebut. Bagi yang ingin mengeksplorasi cita rasa autentik Solo, Galabo menjadi tempat yang wajib disinggahi.
Jika ingin menikmati wisata kuliner di Solo saat malam hari, salah satu tempat menarik yang patut dikunjungi adalah Shelter Galabo. Tempat ini dikenal sebagai pusat kuliner yang menawarkan berbagai hidangan khas Kota Solo. Tengkleng, sate, nasi liwet, timlo, dan beragam minuman dapat dengan mudah ditemukan di lokasi tersebut. Kota Solo, atau Surakarta, memang terkenal sebagai destinasi kuliner tradisional. Keanekaragaman rasa dan sajian khas menjadikan Solo salah satu “surga kuliner” di Indonesia.
Dari sekian banyak destinasi kuliner yang bisa dijelajahi, Gladag Langen Bogan (Galabo) merupakan salah satu yang paling populer. Terletak di kawasan Gladag, Galabo diresmikan pada 3 April 2008 oleh Joko Widodo, yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Solo. Awalnya, Galabo berlokasi di sisi timur Bundaran Gladag, tepatnya di Jalan Mayor Sunaryo, di depan Beteng Trade Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS). Berbeda dari tempat kuliner lainnya, Galabo hanya beroperasi pada malam hari. Pada Juni 2018, lokasi Galabo dipindahkan ke area parkir di sebelah selatan Benteng Vastenburg, atau dekat Mal Pelayanan Publik (MPP) Pemerintah Kota Surakarta. Pemindahan ini dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi ruang, sekaligus memberikan kenyamanan lebih bagi pengunjung.
Tempat baru ini juga dinilai lebih strategis dan tidak mengganggu arus lalu lintas. Dari segi menu, pengunjung diberikan banyak pilihan. Hidangan khas seperti tengkleng, sate buntel, timlo, nasi liwet, rawon, nasi timbel, serta aneka minuman mulai dari jus hingga minuman tradisional tersedia di Shelter Galabo. Selain variasi menu yang menarik, harga hidangan di Galabo juga ditampilkan secara transparan oleh setiap pedagang. Sebelum memesan, pengunjung dapat melihat daftar harga yang tertera pada banner setiap lapak. Menurut Indar Dhaniel, pengelola Shelter Galabo, kawasan ini saat ini menampung 24 pedagang aktif dari total 28 lapak yang tersedia. Ia menyebutkan bahwa semua makanan khas Kota Solo ada di tempat ini, sehingga memudahkan pengunjung dari luar kota untuk mencicipi kuliner tradisional tanpa harus berpindah-pindah lokasi.
Shelter Galabo mengusung konsep food court terbuka. Pengunjung dapat memesan makanan dari lapak mana saja, lalu memilih tempat duduk di pelataran yang nyaman. Tempat ini sangat sesuai untuk berkumpul bersama keluarga atau teman sambil menikmati suasana malam yang menenangkan di Solo. Ditambah lagi, live musik yang diselenggarakan setiap malam semakin memperkaya pengalaman pengunjung. Mengenai kualitas sajian, Dinas Perdagangan Kota Surakarta selaku pengelola melakukan pengawasan terhadap produk kuliner di Galabo.
Hidangan yang disajikan dikurasi dengan fokus pada makanan khas Solo. Selain itu, pedagang juga diberikan edukasi tentang cara melayani pelanggan serta menjaga kebersihan dan kualitas produk. Jika makanan tidak layak konsumsi, para pedagang diwajibkan untuk tidak menyajikannya demi menjaga standar mutu. Ketua Paguyuban Pedagang Galabo, Agung Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa komunikasi rutin dilakukan dengan para pedagang untuk menjaga kualitas hidangan yang dijual. Untuk kenyamanan pengunjung, kawasan Galabo juga telah dikondisikan agar bebas dari pengamen dan pemulung selama jam operasional.
Pemindahan lokasi dari Jalan Mayor Sunaryo ke Benteng Vastenburg tidak hanya bertujuan meningkatkan kenyamanan pengunjung. Langkah tersebut juga membersihkan area jalan dari aktivitas pedagang sehingga tidak mengganggu arus jalan raya. Dengan penataan ini, diharapkan kawasan tersebut menjadi lebih rapi dan layak sebagai destinasi wisata kuliner unggulan.